Rabu, 23 Juni 2010

Nurani yang beradab bagi Ibu pertiwi

Sejarah peradaban yang panjang tlah ditorehkan oleh manusia di muka bumi ini, Sejarah peradaban kehidupan manusia di dunia menjadi bagian yang penting dalam berkehidupan. Berdasarkan Waktu demi waktu yang menandai kelahirannya, pencapaian produktif kearifan-kearifan terus mengalami perkembangannya. Ataupun berdasarkan penamaan-penamaan berdasarkan waktunya, misalkan Masehi, sebelum Masehi, Dinasti, Rezim, Prasejarah, Zaman Purba, Zaman Kerajaan, Zaman Kesultanan, Orde lama, Orde baru, Reformasi, Revolusi dan seterusnya. Seluruhnya menjadi bagian yang panjang dari perjalanan peradaban di muka bumi ini.
Silih bergantinya masa, silih bergantinya ulama, silih bergantinya teladan, silih bergantinya Pemimpin-Pemimpin, Raja-Raja, Sultan-Sultan, Presiden, Perdanamenteri dan seterusnya. Betapa sangat berlimpahya warisan peradaban manusia di muka bumi ini bukan ?, bila kearifan telah membahana hingga ke segenap nurani kemanusiaan, ini juga dikatakan bagian dari Rahmatan lilalamin itu, bagi mereka dari kisah demi kisah, banyaklah hal yang dapat dipelajari untuk mengilhami pengenalannya, perbaikan kearah masa depan yang lebih berkualitas, demi ketenangan jiwa bagi seluruh penghuni bumi ini. Maka berdasarkan pelajaran-pelajaran yang dapat di petik hikmahnya dari kisah peradaban itu, maka Mereka akan membangun peradaban manusia dan dirinya sendiri berdasarkan nurani yang sejatinya dikatakan rahmatan lilalami tersebut..
Pengingkaran kebenaran yang muncul di permukaan lautan peradaban manusia ibarat buih di lautan yang sebenarnya, dan perumpamaan lautan itu adalah kebenaran., buih itu akan tenggelam walau sesering mungkin muncul kepermukaan. Coba kita merujuk bersama-sama, bukankah buih itu pernah muncul di permukaan lautan peradabann manusia sebelumnya. dari kisah sejarah peradaban manusia bukankah kemenangan itu bersama orang-orang yang memegang teguh kearifan dalam berkemanusiaan ?.
Kapankah tibanya massa itu ?? dimana nurani kemanusiaan lebih didasari kearifan dalam peradaban manusia, betapa indahnya negeri itu. Biila kita melihat kedalam diri bangsa kita yang tercinta ini, Negeri Indonesia yang kita cintai ini, mungkin menjadi prioritas menyebarkan semangat kearifan itu, yang sekian lama terpendam. Kearifan itu telah banyak dilupakan oleh anak Negeri yang namanya Indonesia. Mungkin anak Negeri ini banyak disuguhkan makanan yang memperdaya saudaranya sendiri, ibu pertiwi pun tanpa diketahuinya menangis. Sehingga antara sesama Anak Negeri ini berlomba-lomba dalam keserakahan kakuasaan yang menyombongkan diri, golongannnya, partainya, sukunya, atau yang lainnya. Tak tanggung-tanggung kedurhakaan akan amanat ibu pertiwi, telah nyata, sehingga hanya memberikan tontonan yang menggelikan bagi masyarakat akar rumput yang menganut ajaran kearifan sejati. Sehingga muncullah perang opini bahwa pemerintah itu lupa diri, lupa akan jati dirinya hingga hilang nurani kemanusiaanya,. Lupa rakyatnya. Sehingga demikian siapakah yang memegang kearifan itu semestinya ? entahlah apa yang terjadi di Negeri kita ini.
Ingatkah kita pada kisah klasik Maling Kundang yang menjadi kisah fenomenal dan begitu di kenal di nusantara ? ia durhaka pada ibunya sendiri,. hingga ia di kutuk menjadi Batu. Dan pula Bila kita semua mencoba mengilhami kisah sejarah yang melegenda yaitu kisah Nabi Musa as dan Firaun. Betapa kedurhakaan Firaun pada Tuhan Nabi Musa as hingga ia di tenggelamkan dan mayatnya menjadi prasasti untuk mengingatkan akan kedurhakaan itu. Wahai anak Negeri yang menjabat di seluruh Negeri ingatlah akan kisah ini semoga dapat mengilhami kita semua dalam menjalankan kehidupan ini.

Tidak ada komentar: